Social Icons

Pages

Minggu, 30 September 2012

Metode Contextual Teaching and Learning (CTL)

Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Metode kontekstual (contextual teaching and learning atau CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan metode kontekstual.
Metode kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut.
1.      Proses belajar
a.      Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
b.      Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
c.      Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
d.      Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
e.      Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
f.        Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi didirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
g.      Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang.
2.      Transfer Belajar
a.      Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
b.      Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit).
c.      Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu.
3.      Siswa Sebagai Pembelajar
a.      Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru
b.      Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting
c.      Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.
d.      Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
4.      Pentingnya Lingkungan Belajar
a.      Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
b.      Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya
c.      Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar
d.      Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Pengertian CTL adalah sebagai berikut:
1.      Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks kepermasalahan/konteks lainnya.
2.      Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pembelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Metode CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
  1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
  2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
  3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
  4. Ciptakan masyarakat belajar.
  5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
  6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
  7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Tujuh Komponen CTL
1.      Konstruktivisme (membentuk)
a.      Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal
b.      Pembelajaran harus dikemas menjadi proses "mengkonstruksi" bukan menerima pengetahuan
2.      Inquiry (menemukan)
a.      Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman
b.      Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
3.      Questioning (bertanya)
a.      Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa
b.      Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
4.      Learning community (masyarakat belajar)
a.      Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar
b.      Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri
c.      Tukar pengalaman
d.      Berbagi ide
5.      Modeling (pemodelan)
a.      Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar
b.      Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
6.      Reflection (refleksi)
a.      Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari
b.      Mencatat apa yang telah dipelajari
c.      Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
7.      Authentic assessment (penilaian yang sebenarnya)
a.      Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa
b.      Penilaian produk (kinerja)
c.      Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual Karakteristik pembelajaran CTL yaitu:
1)     Kerjasama
2)     Saling menunjang
3)     Menyenangkan, tidak membosankan
4)     Belajar dengan bergairah
5)     Pembelajaran terintegrasi
6)     Menggunakan berbagai sumber
7)     Siswa aktif
8)     Sharing dengan teman
9)     Siswa kritis guru kreatif
10) Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
11) Laporan kepada orang tua bukan hanya raport tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain.
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmentnya.
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.
Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut.
  1. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok dan pencapaian hasil belajar
  2. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya
  3. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
  4. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
  5. Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.
Pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar seperti formatif dan sumatif tetapi dilakukan bersama dengan cara terintegrasi, yaitu tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang benar seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn), bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi diakhir periode pembelajaran. Karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Guru yang ingin mengetahui perkembangan belajar Bahasa Indonesia misalnya bagi para siswanya harus mengumpulkan data dari kegiatan nyata saat para siswa belajar Bahasa Indonesia, bukan pada saat siswa mengerjakan tes Bahasa Indonesia. Data yang diambil dari kegiatan siswa saat siswa melakukan kegiatan belajar Bahasa Indonesia baik dalam kelas maupun luar kelas, itulah yang membuat data authentik.
Kemajuan belajar dinilai dari proses bukan melalui hasil dan dengan berbagai cara. Tes hanya salah satunya, itulah hakekat penilaian yang sebenarnya. Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain. Karakteristik authentic assessment adalah: (1) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, (2) Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, (3) Yang diukur keterampilan dan performasi, bukan hanya mengingat fakta, (4) Berkesinambungan, (5) Terintegrasi, ddn (6) dapat digunakan sebagai feed back. Dengan demikian pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn) sesuatu, bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran (Depdiknas, 2003:10).
Sebuah kelas dikatakan menggunakan metode kontekstual, jika menerapkan komponen utama pembelajaran efektif ini dalam pembelajaran. Untuk melaksanakan hal Itu dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Penerapan metode kontekstual secara garis besar langkah-langkahnya adalah: (1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, (2) Mengembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya, (3) Menciptakan masyarakat belajar, (4) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, (5) Melakukan refleksi di akhir pertemuan, dan (6) Melakukan penilaian yang sebenarnya. Dengan konsep itu, hasil-hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan.
Pernahkah anda memperhatikan seorang bayi yang meneliti dengan seksama sebuah mainan baru miliknya. Anak itu memasukkan minumannnya itu ke dalam mulut untuk mengetahui rasanya, kemudian menggoyangkannya, mengangkat, membanting, dan memilih-milih yang bisa ia lakukan, serta membongkarnya untuk diselidiki satu persatu. Proses yang demikian ini disebut belajar secara menyeluruh (global learning) yang merupakan cara efektif dan alamiah bagi seseorang manusia untuk mempelajari bahwa otak seorang anak hingga enam atau tujuh tahun mampu menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan bahasa (Deporter dan Hernacki, 1999:22). Para ahli berbeda pendapat Mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak, karena memang sudut pandangan maupun metode berbeda. Kata perkembangan seringkali digandengkan dengan pertumbuhan dan kematangan, ketiganya memang mempunyai hubungan yang sangat erat. Pertumbuhan dan perkembangan pada dasarnya adalah perubahan menuju keberkenaan dengan aspek-aspek jasmaniah atau fisik, menunjukkan perubahan atau penambahan secara kuantitas, yaitu penambahan dalam ukuran besar atau tinggi. Sedangkan perkembangan berkaitan dengan aspek-aspek psikhis atau rohaniah, berkenaan dengan kualitas yaitu peningkatan dan penyempurnaan fungsi (Syaodih Sukmadinata, 2003:111). Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa pertumbuhan berkenan dengan struktur, sedangkan perkembangan berkenan dengan fungsi yang berhubungan dengan kematangan. Pada dasarnya dilihat dari aspek psikologis penyelenggaraan pendidikan khususnya mengenai pembelajaran, para ahli mengemukakan ada empat pandangan yang dapat digunakan untuk mengkaji faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak dalam belajar yaitu: siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil dimana siswa belajar mengkonstruksikan sendiri. Karena diasumsikan dengan strategi dan metode yang baik, maka akan memperoleh hasil yang baik pula. Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Para siswa menyadari bahwa yang mereka pelajari akan berguna dan sebagai bekal hidupnya dikemudian hari. Para siswa mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menanggapinya, itulah sebabnya para siswa tersebut memerlukan tenaga pengajar yang professional sebagai pengarah dan pembimbing mereka dalam belajar.
Ada beberapa alasan mengapa metode kontekstual menurut Depdiknas (2003) menjadi pilihan yaitu: (1) Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pemandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang hams dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar baru yang lebih memperdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafalkan fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri, (2) Melalui landasan filosofi konstruksivisme, CTL dipromosikan menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi belajar metode kontekstual, siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal: knowledge is constructed by Humans. Knowledge is not something that exists independent of a knower to be they attempt to bring meaning to their experience, everything that we know, we have made (Zahorik, 1995), dan (3) Knowledge is contextual and fallible, since knowledge is a construction of humans and humans constantly undergoing new experiences, knowledge grows through exposure. Understand become deeper and stronger if one test it against new encounters (Zahorik, 1995).
Ada lima elemen belajar yang konstruktivistik yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual menurut Zahorik (1995:14-22) yaitu: (1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge), (2) Pemerolehan pengetahuan baru (Acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya, (3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun konsep sementara (hipotesis), melakukan sharing kepada orang lain agar dapat tanggapan (hipotesis) dan atas dasar tanggapan itu, dan konsep direpisi dan dikembangkan, (4) Mempraktekan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge) dan (5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text

  • Media Audio Visual
  • Tujuan, Manfaat dan Langkah-langkah Pembelajaran Q...
  • Konsep Dasar Quantum Reading
  • Evaluasi Pembelajaran Membaca dengan Penerapan Qua...
  • Media Pembelajaran Quantum Reading
  • Jenis dan Ragam Drama
  • Manfaat dan Pengembangan Audiolingual Drama
  • Metode Audiolingual Drama
  • Metode Contextual Teaching and Learning (CTL)
  • Metode Cooperative Sript
  • Kelebihan dan Kekurangan Metode Discovery
  • Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Discovery
  • Metode Discovery
  • KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE JIGSAW
  • LANGKAH-LANGKAH METODE JIGSAW
  • Lima Unsur Pembelajaran Cooperative Learning
  • METODE JIGSAW
  • Metode Quantum Writing
  • Langkah-langkah dan Kelebihan serta Kekurangan Met...
  • Metode Resitasi
  • MODEL PEMBELAJARAN
  • Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Group Invest...
  • LANGKAH-IANGKAH GROUP INVESTIGATION
  • PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION
  • Quantum Teaching
  • Langkah Pembelajaran K-W-L
  • Tujuan dan Prosedur K-W-L (KNOW, WANT, LEARN)
  • Strategi K-W-L (KNOW, WANT, LEARN)
  • PENERAPAN TEKNIK ALFA PADA KOMPETENSI DASAR MENULI...
  • KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEKNIK ALFA
  • LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN TEKNIK ALFA
  • TEKNIK ALFA
  • PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW
  • TEKNIK DAN TUJUAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
  • PEMBELAJARAN KOOPERATIF
  • LANGKAH-LANGKAH PENGGUNAAN TEKNIK DISCUSSION START...
  • KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN TEKNIK DISCUSSION STARTER...
  • TEKNIK DISCUSSION STARTER STORY
  • Kekuatan dan Kelemahan Teknik SQ3R
  • Teknik Membaca SQ3R
  • LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN TEKNIK LNKUIRI
  • JENIS DAN TUJUAN PENGGUNAAN TEKNIK INKUIRI
  • TEKNIK PENGAJARAN INKUIRI
  • Teknik Tell Me What You See
  • Skripsi Bahasa Indonesia
  • Daftar Judul Skripsi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Terbaru
  • Free Download Skripsi Bahasa Indonesia
  • Skripsi Pendidikan Bahasa Indonesia
  • Sample Text